Saturday 20 December 2008

(8) LANGKAH SERIBU UNTUK SERIBU KAKI


Belum selesai proses ‘rekonsiliasi’ saya dengan nangka, sudah muncul satu hal lagi yang tidak saya sukai. Tapi kali ini saya dibuatnya benar-benar mati gaya. Pasalnya, saya sedang memimpin doa pagi ketika tiba-tiba saya melihat ada sesuatu yang ‘nggremet’ di dekat tangga Altar. Aih, itu kaki seribu. Sejak kecil kalau lihat hewan mungil yang satu itu, saya selalu takut. Entah alergi atau phobia, tp kalau saya melihat kaki seribu, saya langsung merinding, muka dan kulit pun menjadi panas dan gatal. Bila berada di tempat lain, mungkin saya bisa menghindar dan mengambil langkah seribu. Lha ini bagaimana, saya duduk di kursi altar dan keadaan sedang di tengah-tengah doa.
Akhirnya sambil menahan panas dan gatal saya tetap berusaha memimpin. Dalam hati saya berdoa: “Tuhan, jangan sampai dia naik ke sini ya, soalnya aku takut.” Dalam pikiran saya, kalau sampai kaki seribu itu mendekat, saya akan segera ambil langkah seribu. CT deh!
Setelah doa pagi, retretan diberi tugas untuk menulis surat. Selama menemani para retretan, saya tidak berani beranjak dari kursi, padahal biasanya saya turun ke antara retretan.
Sambil menunggu, saya memperhatikan kaki seribu itu. Dia masih saja meripit di tepi tangga altar. Dia berjalan dengan kecepatan yang stabil. Tidak semakin cepat, tidak semakin lambat pula. Dia berjalan mengikuti tepian tangga altar. Nggak nyeleneh sana sini. “Kaki seribu itu sopan ya; dia berjalan melewati Yesus dengan tenang dan hormat” gumam pikiranku.
saya tidak mempertanyakan apakah kaki seribu itu memang punya sopan santun atau tidak, tapi pertanyaannya sekarang: “Apakah aku sopan kalau melewati Yesus?”. Entah berapa kali saya melewati Tabernakel atau melintasi Gereja tanpa memikirkan bahwa di sana ada Yesus yang tersamar. Bahkan seringkali, saking serunya pada kesibukan ini dan itu, saya mengambil langkah seribu dari hadapan TUHAN. Doa dibuat singkat, Misa klo bisa cepat, ke Gereja kalo perlu, dst. Padahal, TUHAN itu tidak pernah berhenti menantikan saya untuk sejenak menghentikan dua kaki dan satu hati saya di hadapanNya.
Well…?


No comments:

Post a Comment