Saturday 20 December 2008

(10) SEBERAPA KENCANG KANCING KITA KANCINGKAN?


Rm.Haryoto baru pulang Misa pagi ketika Beliau melihat saya di Sekretariat. Beliau pun masuk dan kami berdiskusi sejenak tentang suatu hal. Sambil berdiskusi, sekilas saya tertarik dengan Alba (jubah putih) yang dikenakan Romo. Kancingnya banyak! saya pernah diberitahu bahwa jubah Romo itu kancingnya ada 33, menandakan 33 tahun Yesus hidup di dunia. saya tidak menghitung apakah kancing pada alba Rm.Har beneran 33 buah (ya iyalah, kan lagi diskusi!) tapi yg sempat saya perhatikan justru keadaan tiap-tiap kancing. Ada yang terkancing dengan benar, ada yg hanya ngintip alias setengah masuk lubang kancing, bahkan ada yang sama sekali tidak masuk lubang alias tidak terkancing (tapi jangan tanya kancing-kancing yang mana ya!).
Usai berdiskusi, saya merasa bahwa ada hubungan antara apa yang saya diskusikan dengan kancing yang saya lihat tadi. Kami berdiskusi tentang sesuatu yang tidak perlu diketahui orang banyak (bahasa katroknya: ‘de sikret’). Umumnya, kancing baju dibuat agar pakaian lebih rapi dan lebih elok dipandang. Rupanya, TUHAN juga memberikan kancing pada mulut kita. Bahkan dalam bhs Inggris ada istilah “Zip your mouth!” (resletingkan mulutmu) untuk mengatakan “Tutup mulutmu!”. Tapi salah satu fungsi mulut kan untuk berbicara? Iya itu benar, namun apakah semua harus dibicarakan?
saya jadi ingat betapa banyak rahasia yang orang percayakan pada saya, dan betapa sering saya digoda untuk membuka rahasia itu pada org lain, apalagi kalau orang yang lain itu saya anggap lebih baik daripada orang yang mempercayakan rahasianya. Ada juga rahasia-rahasia pribadi yang sebenarnya ingin saya simpan, tapi terbongkar karena saya tidak bisa menahan diri. Ini seperti kancing yang ngintip. Disenggol sedikit saja, sudah terlepas dari lubangnya.
saya kira, 3 detik yang saya gunakan untuk memperhatikan kancing pada Alba Rm.Haryoto sudah bisa memberikan pelajaran untuk lebih waspada dengan kancing yang ada di mulut saya. saya harus tahu dan sadar kapan kancing boleh dibuka dan kapan kancing harus tetap terkancing. saya juga harus tahu apa yang tepat untuk dilakukan bila kancing sudah mulai mengintip; segera mengancingkannya dengan lebih baik, atau justru membukanya. Dengan demikian, sama seperti baju yang saya kenakan, -lepas dari namanya mode- keadaan kancing bisa menentukan bagaimana cara saya berpakaian. Kancing di mulut saya, memberikan gambaran orang macam apa saya ini.
Well…?

No comments:

Post a Comment