Saturday 20 December 2008

(17) PANDANGAN SI DIA


Sambil menikmati makan siang, saya merasa ada yang memandangi saya. Tadinya saya diam saja, tapi lama-lama saya ingin menatap balik pada apapun yang sedang memandangi saya itu. saya pun menoleh. Ternyata pandangan itu berasal dari Salib di Kapel (ooo…kirain!). Pintu Kapel dalam keadaan terbuka lebar, dan di antara warna kayu sebagai latar, Salib Kristus tampak begitu jelas. Wah, aku makan diliatin Yesus!
Demikian pula pada suatu malam, saya pergi bersama rekan-rekan ke gereja Sanfrades. Disana, saya duduk di luar gereja dan kembali saya merasa ada yang memandangi saya. saya menoleh dan melihat melalui pintu Gereja yang terbuka, sebuah Tabernakel. Ah, Yesus, begitu sering Engkau memandang aku, tapi…
Tidak ada hal lain yang terbersit dalam benak saya, kecuali tulisan A. de Mello SJ:
PANDANGAN JESUS
Dalam Injil Lukas kami membaca tentang peristiwa berikut ini:
Petrus berkata:
‘Tidak, aku tidak tahu apa yang kamu katakan.’ Seketika itu juga, sementara ia masih berkata-kata, berkokoklah ayam. Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus.. dan Petrus pergi keluar dan menangis tersedu-sedu.

Hubunganku dengan Tuhan cukup baik. Aku biasa memohon sesuatu kepadaNya, berbicara denganNya, memujiNya, bersyukur kepadaNya…

Tetapi sudah lama aku merasa agak kurang enak. Sebab, aku selalu merasa, bahwa Ia ingin agar aku memandang mataNya… dan aku tidak mau. Aku mau bicara, tetapi aku melihat ke arah lain kalau kurasa Ia memandangku. Selalu aku berpaling ke arah lain. Dan aku tahu apa sebabnya. Aku takut. Kusangka, disana aku akan menghadapi tuduhan dosa yang belum kusesali

Kukira, di sana aku akan menghadapi suatu tuntutan: ada sesuatu, yang diinginkanNya dariku.

Akhirnya pada suatu hari kukumpulkan seluruh keberanian dan kupandang Dia! Tidak ada tuduhan. Tidak ada tuntutan. MataNya hanya berkata: ‘Aku mencintaimu!’
Lama aku memandang mata itu. dengan tajam dan penuh perhatian. Satu-satunya pesan masih tetap sama: “Aku mencintaimu!”

Lalu aku keluar dan seperti Petrus, aku menangis.

(Burung Berkicau, hal 138-139)
Well…?

No comments:

Post a Comment