Saturday 20 December 2008

(4) MANGGA DAN SAHALA


Sahala, karib saya yg satu ini getol banget sama yg namanya mangga. Tiap kali ada mangga di RR, whus… langsung dia sambar sambil berseru: “Wah, ini enak ini!”. Saking getolnya dia pada mangga, image Sahala melekat pada mangga –Sorry, La’ bukannya ngeledek!- sampai pulang ke Jkt klo lihat mangga saya langsung ingat Sahala. Terus, so what gitu lho?
Nah, saya jadi ingat sebuah kalimat waktu SMA kls 1 –Siska, Ton2, Macan, mungkin inget pak Sylvester guru agama kita itu lho…-. Kalo gak salah bunyinya: “Res Clamat ad Dominum” artinya klo saya ngga salah inget: “Semua benda berteriak pada Tuannya”. Dalam hal ini, bagi saya, mangga selalu berteriak pada Sahala.
Begitu banyak wujud kasih (benda2, perhatian, kepedulian, pengalaman bersama) yang selama ini diberikan pada saya, dan sebenarnya wujud itu selalu berteriak mengingatkan saya pada siapa ‘tuan’nya, orang yang memberikan kasih itu pada kita. Begitu banyak hal yang saya gunakan dan nikmati dalam kehidupan ini, namun betapa sering saya melupakan mereka yang memberikannya.
Coba saja, kalau saya memandang barang-barang di meja dengan sungguh-sungguh, saya baru ingat ada pena biru dari Wayan, teman sebangku saya waktu SMA; lilin dari Leny, teman kuliah saya; pensil warna sisa yang dibelikan org tua saya ketika saya masih TK, dll. Semua barang-barang itu memberikan warna-warni kenangan dan berbagai kegunaan dalam hidup saya. Tapi saya seringkali lupa dengan mereka yang memberikan semua itu. Padahal tanpa mereka, wujud kasih ini takkan ada di hadapan saya. Bila saya jarang mengingat mereka, bagaimana saya bisa berdoa untuk mereka, bagaimana saya bisa membalas kasih mereka, dan terlebih lagi, bagaimana saya bisa berterima kasih pada “Sang Pemberi” yang telah banyak memberikan ini dan itu dalam kehidupan saya.
Nah, mungkin sekarang saya/kita harus lebih banyak mendengar wujud-wujud kasih yang berteriak pada tuannya mengingatkan kita pada mereka yang sedang dan pernah hadir dalam kehidupan kita. Yang lebih penting, kita juga bersyukur karena Sang Pemberi itu sendiri, bukan hanya sekedar apa yang IA berikan. Menurut saya, bukan apa yang diberikan yang berharga, melainkan SIAPA pribadi yang memberikan. (kalo pake kurir, lain lho ya masalahnya!)
Well…?

No comments:

Post a Comment