Saturday 20 December 2008

(1) ES JERUK BIASA YANG LUAR BIASA


Ketika tiba di RR, saya langsung dihantar ke ‘sarang’ saya, di St.Familia. Tidak lama kemudian, saya disuguhi ‘welcome drink’ segelas air jeruk, lengkap dengan es batunya. Wuih, nikmat sekali. Tanpa pikir panjang, langsung saja saya ambil dan saya teguk isinya. Wek, dingin banget! saya kaget, tidak menyangka bakal sedingin itu. saya baru ingat, kalau belakangan saya jarang minum es. Wah, kok jadi katrok gini,…. Padahal dulu saya suka sekali minum es.
Ternyata, meskipun dulunya penggemar minuman dingin, saya tidak bisa langsung meneguk yg dingin. Akhirnya saya harus memilih, meminum perlahan-lahan atau meninggalkan es jeruk itu hingga tidak ber’es’ dan tidak lagi nikmat. saya memilih meminumnya perlahan-lahan sampai saya menghabiskan es jeruk itu dengan satu tegukan terakhir yang besar dan nikmat. Puas!
Ternyata, kembali ke kebiasaan yg dulu pernah kita lakukan tidaklah semudah itu. Perlu proses untuk kembali menjadi “biasa”. Perlu sejenak untuk kembali beradaptasi pada sesuatu yg pernah menjadi kebiasaan.
Ternyata kebiasaan untuk dekat dengan Tuhan pun menjadi seperti es jeruk itu. saya sering merasakan jauh dari Tuhan lalu mulai mengatakan dalam diri: “Dulu aku ngga gini kok. Dulu aku rajin doa dan rasanya dekat dengan Tuhan. Dulu aku bisa menghadapi kesulitan dengan hati ringan. Kok sekarang ngga ya?...Wah, aku harus kembali seperti dulu”
Mudah? Enggak tuh! Tidak bisa langsung biasa lagi. Buktinya di RR saya tidak langsung bisa tidur pada waktunya, mengikuti dinamika retret sebagaimana pernah saya lakukan, berdoa seperti yang pernah saya lakukan, dst. Padahal semuanya itu pernah menjadi suatu yang biasa.
Ternyata, yang biasa pun bisa jadi luar biasa, dan yang luar biasa itu perlu waktu untuk menjadi biasa. Perlu ‘meminum’ sedikit-sedikit untuk kembali menjadi biasa pada sesuatu yang sudah pernah biasa.
Well…?

No comments:

Post a Comment